*sekembalinya dari toko buku*
*ku ambil buku itu, buku yang tak pernah lagi ku buka. tidak, menyentuhnya, atau mengeluarkannya dari rak buku pun aku enggan. Ntah kenapa kali ini tanganku seolah tergerak ke atas untuk mengambilnya*
*setelah sekian lama, aku pun membukanya. namun ad suara yang mengatakan sebaiknya aku tidak membacanya. jadi kuurungkan niatku membaca. hanya menatap lembar per lembarnya saja.*
*kutatap buku itu sedikit lebih dalam, membuka lembarnya satu per satu, dan mengamatinya*
*ku ambil penggaris, menggenggam lembar demi lembar yang menjadi media kata-kata manis.*
*kutatap lembaran yang kini telah terpisah dari bukunya. buku itu kini bersih, tak ada satu tetespun tinta
terserap di sana.*
*tersirat untaian kata, memaksa satu lembar kertas kembali ternoda karena asa yang akan selalu tetap ada. pena mulai berdansa, tinta tetap pasrah mengikuti arahnya*
kembali dengan kata itu aku kembali bersua
rasa itu memang masih ada, namun ku acuhkan adanya.
memang namamu masih tertulis di dalamnya, namun ku biarkan semua hampa.
kini ada hal yang harus aku kejar sampai kuraih semua.
tenang, aku telah membebaskan asa untuk tetap diam sejenak atau terbang melayang.
sepertinya ia hendak menghilang, tidak sebanyak dulu aku mengingatmu sekarang.
secarik pesan yang hendak kutitipkan, semoga angin membisikkan agar kau mendengar sayupnya.
"bersandinglah dengan dia, kau beruntung mendapatkannya."
*ku letakkan pena, menutup mata, melewati bulan yang bahkan belum sampai pada peraduannya*